Sempat berniat tak melanjutkan lomba, mereka ternyata tampil luar biasa di Medspin 2022. Menyisihkan 900 peserta sebelum akhirnya dipastikan menjadi juara di ajang olimpiade sains dan kedokteran paling bergengsi di tanah air ini.
Dering bel di sudut kelas telah berbunyi. Menandai akhir sesi ujian semester yang diselenggarakan madrasah siang itu. Tak berselang lama, tiga siswa MAN 2 Kota Kediri Alyssa Salsabila Putri Handika, Muhamad Dhiya’ Ulhaq dan Chandra Nur Iman Ardiyan bergegas menuju ruang Kepala MAN 2 Kota Kediri Drs H Nursalim MPdI. Berjalan seraya membawa selembar sertifikat.
Mereka sengaja memenuhi panggilan sang kepala madrasah (kamad). Untuk bebagi cerita sukses yang baru diraihnya. Tim yang beranggotakan siswa kelas XII MIPA itu berhasil torehkan tinta emas di ajang sains dan kedokteran terbesar dan paling bergengsi di Indonesia, Medical Science and Application Competition (Medspin) 2022. Diselenggarakan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
Saat ditemui wartawan koran ini, ketua tim, Alyssa, sangat antusias berbagi cerita. Haru bercampur bahagia pun menghiasi raut wajahnya saat mengingat kembali momen itu. Ia mengaku, keberhasilan timnya kali ini sangatlah spesial. Sebab yang juara Medspin akan mengantongi poin plus ketika ingin melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran Unair.
“Memang bukan kali pertama kami menjuarai ajang olimpiade. Namun, menjadi yang terbaik di ajang Medspin adalah mimpi besar semua pelajar jenjang SMA di Indonesia. Terlebih bagi calon dokter muda. Jujur kami tak menargetkan juara. Melihat ketatnya persaingan, lolos lima besar saja kami sudah bersyukur,” ucap Alyssa.
Medspin 2022 dimulai sejak 20 November lalu. Babak final berlangsung offline di kampus FK Unair. Dilaksanakan pada 3-4 Desember 2022. Diikuti lebih dari 900 tim. Peserta berasal dari ratusan sekolah favorit di Indonesia.
Menurut Alyssa, untuk meraih juara tidaklah mudah. Ia bersama tim dituntut menyelesaikan ribuan soal dan praktik-praktik medis. Topik olimpiade tahun ini adalah neurotical desease pada saraf manusia. Topik tersebut juga dihubungkan pada beberapa bidang keilmuan seperti biologi, kimia, dan fisika.
Untuk mencapainya, masing-masing tim harus lolos dari beberapa babak penyisihan ketat. Total, ada lima babak yang harus dilalui. Mulai seleksi tingkat karesidenan hingga grand final. “Kami harus belajar ekstra karena materi medis yang dilombakan tidak diajarkan di kelas,” tuturnya.
Selama lomba berlangsung, setiap tim juga mendapat tantangan praktikum medis dan presentasi. Ada juga berbagai game kekompakan. Seperti game keliling pos saat babak quarter final. Totalnya 30 pos. Setiap pos terdapat beragam pilihan soal.
“Saat itu kami harus mengelilingi puluhan pos. Kami dituntut mengerjakan soal sebanyak banyaknya dengan durasi waktu singkat. Kalau tidak lari waktunya bisa habis, karena jarak per pos itu jauh,” ujar siswi yang bercita-cita menjadi dokter tersebut.
Kemudian di babak semi final, tim diberi soal praktikum. Topiknya anatomi histologi. Yakni tentang bagaimana tim bisa mengamati dan mempelajari struktur jaringan dan sel tubuh manusia. Media yang dipakai adalah puluhan potongan tulang belulang. Mereka dituntut bisa menebak struktur dan fungsi sayatan pada organ tubuh. Ada juga praktik medis pertolongan pertama gawat darurat (PPGD). Peserta diajak memeriksa jalur saraf sederhana (refleks) pada objek manusia.
Alyssa mengaku mengantongi banyak kejutan tak terduga. Pasalnya, saat pengumuman grand final atau lima besar, dia merasa pesimistis dan putus asa. Timnya sempat akan memutuskan cabut keluar ruangan dan tidak melanjutkan lomba. Karena, nomor peserta tim miliknya tidak kunjung dipanggil oleh juri. Merasa ada yang mengganjal, ia memutuskan mengofirmasi ulang ke panitia. Setelah dicek kembali, ternyata juri salah menyebut nomor peserta. “Kami sempat kena prank, untungnya kami ada inisiatif konfirmasi ke panitia,” pungkasnya.
Selama berkolaborasi satu tim, Alyssa, Dhiya’ dan Chandra sukses mendulang 5 prestasi bergengsi. Yakni juara 1 Dentine FKG Unair, juara 1 BMEC Teknik Biomedis Unair, juara 1 Denthoscope FKG UB, harapan 2 Acromion FK Ubaya dan juara 1 Medspin 2022. Untuk prestasi individu Alyssa mendapat Bronze Award Final Thailand International Olympiad. Sedangkan Dhiya’ meraih double winner gold medal pada OSN dan KSM-I Nasional. Kemudian Chandra meraih perak OSN dan emas KOSSMI.
“Semoga keberhasilan ini bisa memantik semangat siswa lainnya. Saya bersama guru dan komite selalu men-support penuh. Bahkan akan selalu mendampingi mereka kapanpun dan dimananpun,” ucap Nursalim, kamad yang juga peraih anugerah Insipiring Figure Radar Kediri Awards 2022.